Sexual Dysfunctions
Disfungsi
seksual adalah gangguan yang melibatkan sebuah distrupsi pada siklus respon
seksual ataupun bisa juga melibatkan rasa sakit ketika sedang melakukan hubungan
seksual. Studi kontemporer tentang disfungsi seksual dimulai sekitar tahun
1960-an, dari hasil karya William Masters dan Virginia Johnson didalam Reproductive Biology Foundation di
St.Louis. Ketika Masters dan Johnson memulai penelitian mereka, studi tentang
seksualitas dan para klinisi yang berhubungan dengan masalah-masalah seksual
masih sangat sedikit. Meskipun demikian, sejak publikasi dari buku Human Sexual Response (1966) dan Human Sexual Inadequacy (1970) karya
Masters dan Johnson, beberapa peneliti, terapis dan jurnal-jurnal yang khusus
membahas tentang seksualitas menjadi berkembang dengan pesat (Lauren B. Alloy,
etc. 2004)
Menurut
buku DSM-V, yang dikatakan disfungsi seksual termasuk ejakulasi yang tertunda,
gangguan ereksi, gangguan orgasme wanita, gangguan ketertarikan seksual wanita,
gangguan penetrasi, gangguan keinginan seksual hypoactive pada pria, dll. Seorang individu bisa saja memiliki
beberapa disfungsi seksual dalam waktu bersamaan. Dalam kasus seperti ini,
semua disfungsi yang ada harus di diagnosa.
Subtipe
digunakan untuk mendesain kesulitan yang dihadapi. Pada banyak individu dengan
disfungsi seksual, waktu terjadinya gangguan bisa saja mengindikasi intervensi
yang berbeda. Lifelong ditujukan pada
masalah seksual yang sudah hadir sejak pengalaman pertama seksual. Acquired ditujukan pada gangguan seksual
yang berkembang setelah periode dari fungsi seksual yang cukup normal. Kemudian
Generelized dimaksudkan pada gangguan
seksual yang tak hanya sebatas pada beberapa tipe stimulasi, situasi atau partners, kemudian yang terakhir adalah Situational ditujukan pada kesulitan
seksual yang hanya terjadi dengan beberapa tipe stimulasi, situasi, atau partners.
Beberapa
faktor harus dipertimbangkan ketika sedang menilai suatu gangguan seksual.
- Faktor rekan seksual (contohnya; masalah seksual pada rekan, status kesehatan rekan seksual)
- Faktor hubungan (contohnya; komunikasi yang buruk, perbedaan keinginan aktivitas seksual)
- Faktor kerentanan individual (contohnya; depresi, kecemasan) atau stressor (contoh; kehilangan pekerjaan)
- Faktor kultural dan religi (contohnya; larangan terkait aktivitas seksual)
- Faktor medikasi yang berkaitan dengan treatment
Delayed Ejaculation
Diagnostic
Criteria
- Diantara
gejala-gejala berikut harus di alami hampir di setiap aktivitas hubungan
seksual (sekitar 75%-100%), dan tanpa keinginan individu untuk menundanya.
·
Ditandai dengan ejakulasi yang
tertunda
·
Ditandai dengan tidak sering
atau tidak hadirnya ejakulasi.
- Gejala-gejala
pada Kriteria A telah berlangsung selama durasi minimun setidaknya 6
bulan.
- Gejala-gejala
dalam Kriteria A menyebabkan tekanan secara klinis yang signifikan pada
individu.
- Disfungsi
seksual tidak lebih baik dijelaskan dengan sebuah gangguan mental non
seksual atau sebagai sebuah konsekuensi dari distress hubungan yang buruk
atau stresor signifikan lainnya dan tidak berkaitan dengan efek dari
substansi/obat-obatab atau kondisi medis lainnya.
Diagnostic
Features
Fitur
dari ejakulasi yang tertunda ditandakan dengan tertundanya atau ketidak mampuan
mencapai ejakulasi. Pria melaporkan kesulitan atau ketidakmampuan untuk
berejakulasi meskipun telah hadirnya stimulus seksual dan mempunyai keinginan
untuk berejakulasi. Komplain-komplain yang ada biasanya melibatkan aktivitas
seksual rekan. Dalam kebanyakan kasus, diagnosis akan dibuat melalui self-report individu.
Associated
Features Supporting Diagnosis
Pria
dan rekan seksualnya mungkin memperpanjang dorongan untuk mencapai orgasme
hingga mencapai poin dimana mereka kelelahan atau terjadinya ketidak nyamanan
genetial dan kemudian mereka berhenti berupaya mencapai orgasme. Beberapa pria
mengatakan bahwa mereka menghindari aktivitas seksual karena sebuah pola yang
berulang akan sulitnya berejakulasi. Beberapa rekan seksual mengatakan bahwa
mereka merasa berkurangnya ketertarikan seksual karena rekan seksual mereka
tidak mudah berejakulasi.
Development
and Course
Lifelong delayed ejaculation dimulai dengan pengalaman awal seksual dan
berlanjut sepanjang hidup. Acquired
delayed ejaculation dimulai setelah sebuah periode fungsi seksual yang
normal. Prevalensi dari delayed
ejaculation tetap relatif konstan hingga sekitar usia 50 tahun, ketika
gangguan ini mulai meningkat secara signifikan. Pria pada usia 80-an dilaporkan
dua kali lebih sulit berejakulasi dibandingkan dengan pria berusia dibawah 59
tahun.
Risk
and Prognostic Factors
·
Genetic and Psychological. Kehilangan kecepatan dalam menyalurkan sensor saraf pheripheral dan berkurangnya sekresi
steroid seksual yang berkaitan dengan usia mungkin saja berasosiasi dengan
ejakulasi yang tertunda pada pria usia lebih dari 50 tahun.
Culture-Related
Diagnostic Issues
Keluhan
tentang ejakulasi yang tertunda berbeda-beda diseluruh negara dan budaya.
Keluhan tentang masalah ejakulasi ini lebih sering dijumpai pada pria di Asia
dibandingkan dengan pria yang tinggal di Eropa, Australia, atau Amerika
Serikat. Perbedaan ini bisa saja terkait dengan perbedaan budaya atau genetik
antar kebudayaan.
Comorbidity
Terdapat
bukti bahwa ejakulasi yang tertunda lebih sering terjadi dalam bentuk gangguan
depresi major.
DAFTAR PUSTAKA
Alloy, L. B., Riskind, J. H., & Manos, M. J. (2005). Abnormal psychology: Current perspective. New York:
McGraw-Hill.
American Psychiatric
Association. (2013). Diagnostic And
Statistical Manual of Mental Disorder Edition “DSM-5”. Washington DC: American Psychiatric
Publishing.
Mantul min..
ReplyDeleteMantap betul ehehe
ReplyDeleteBerguna sekali informasinya..
ReplyDeletesangat membantu dalam kehidupan! terus bekarya! terimakasih☺️👍🏻
ReplyDeleteTerimakasih banyak infonya bangggg
ReplyDeleteSangat sangat membantu min makasii min
ReplyDeleteInformasinya membantu sekaliii
ReplyDeleteWahh sangat menarik tema artikelnya yaa, mantapp
ReplyDeleteKo punya artikel menarik to
ReplyDeleteLumayan menginspirasi
ReplyDelete