Saturday, December 15, 2018

Sexual Dysfunction


Sexual Dysfunctions
            Disfungsi seksual adalah gangguan yang melibatkan sebuah distrupsi pada siklus respon seksual ataupun bisa juga melibatkan rasa sakit ketika sedang melakukan hubungan seksual. Studi kontemporer tentang disfungsi seksual dimulai sekitar tahun 1960-an, dari hasil karya William Masters dan Virginia Johnson didalam Reproductive Biology Foundation di St.Louis. Ketika Masters dan Johnson memulai penelitian mereka, studi tentang seksualitas dan para klinisi yang berhubungan dengan masalah-masalah seksual masih sangat sedikit. Meskipun demikian, sejak publikasi dari buku Human Sexual Response (1966) dan Human Sexual Inadequacy (1970) karya Masters dan Johnson, beberapa peneliti, terapis dan jurnal-jurnal yang khusus membahas tentang seksualitas menjadi berkembang dengan pesat (Lauren B. Alloy, etc. 2004)
            Menurut buku DSM-V, yang dikatakan disfungsi seksual termasuk ejakulasi yang tertunda, gangguan ereksi, gangguan orgasme wanita, gangguan ketertarikan seksual wanita, gangguan penetrasi, gangguan keinginan seksual hypoactive pada pria, dll. Seorang individu bisa saja memiliki beberapa disfungsi seksual dalam waktu bersamaan. Dalam kasus seperti ini, semua disfungsi yang ada harus di diagnosa.
            Subtipe digunakan untuk mendesain kesulitan yang dihadapi. Pada banyak individu dengan disfungsi seksual, waktu terjadinya gangguan bisa saja mengindikasi intervensi yang berbeda. Lifelong ditujukan pada masalah seksual yang sudah hadir sejak pengalaman pertama seksual. Acquired ditujukan pada gangguan seksual yang berkembang setelah periode dari fungsi seksual yang cukup normal. Kemudian Generelized dimaksudkan pada gangguan seksual yang tak hanya sebatas pada beberapa tipe stimulasi, situasi atau partners, kemudian yang terakhir adalah Situational ditujukan pada kesulitan seksual yang hanya terjadi dengan beberapa tipe stimulasi, situasi, atau partners.
            Beberapa faktor harus dipertimbangkan ketika sedang menilai suatu gangguan seksual.
  1. Faktor rekan seksual (contohnya; masalah seksual pada rekan, status kesehatan rekan seksual)
  2. Faktor hubungan (contohnya; komunikasi yang buruk, perbedaan keinginan aktivitas seksual)
  3. Faktor kerentanan individual (contohnya; depresi, kecemasan) atau stressor (contoh; kehilangan pekerjaan)
  4. Faktor kultural dan religi (contohnya; larangan terkait aktivitas seksual)
  5. Faktor medikasi yang berkaitan dengan treatment

Delayed Ejaculation
Diagnostic Criteria
  1. Diantara gejala-gejala berikut harus di alami hampir di setiap aktivitas hubungan seksual (sekitar 75%-100%), dan tanpa keinginan individu untuk menundanya.
·         Ditandai dengan ejakulasi yang tertunda
·         Ditandai dengan tidak sering atau tidak hadirnya ejakulasi.
  1. Gejala-gejala pada Kriteria A telah berlangsung selama durasi minimun setidaknya 6 bulan.
  2. Gejala-gejala dalam Kriteria A menyebabkan tekanan secara klinis yang signifikan pada individu.
  3. Disfungsi seksual tidak lebih baik dijelaskan dengan sebuah gangguan mental non seksual atau sebagai sebuah konsekuensi dari distress hubungan yang buruk atau stresor signifikan lainnya dan tidak berkaitan dengan efek dari substansi/obat-obatab atau kondisi medis lainnya.

Diagnostic Features
            Fitur dari ejakulasi yang tertunda ditandakan dengan tertundanya atau ketidak mampuan mencapai ejakulasi. Pria melaporkan kesulitan atau ketidakmampuan untuk berejakulasi meskipun telah hadirnya stimulus seksual dan mempunyai keinginan untuk berejakulasi. Komplain-komplain yang ada biasanya melibatkan aktivitas seksual rekan. Dalam kebanyakan kasus, diagnosis akan dibuat melalui self-report individu.

Associated Features Supporting Diagnosis
            Pria dan rekan seksualnya mungkin memperpanjang dorongan untuk mencapai orgasme hingga mencapai poin dimana mereka kelelahan atau terjadinya ketidak nyamanan genetial dan kemudian mereka berhenti berupaya mencapai orgasme. Beberapa pria mengatakan bahwa mereka menghindari aktivitas seksual karena sebuah pola yang berulang akan sulitnya berejakulasi. Beberapa rekan seksual mengatakan bahwa mereka merasa berkurangnya ketertarikan seksual karena rekan seksual mereka tidak mudah berejakulasi.

Development and Course
            Lifelong delayed ejaculation dimulai dengan pengalaman awal seksual dan berlanjut sepanjang hidup. Acquired delayed ejaculation dimulai setelah sebuah periode fungsi seksual yang normal. Prevalensi dari delayed ejaculation tetap relatif konstan hingga sekitar usia 50 tahun, ketika gangguan ini mulai meningkat secara signifikan. Pria pada usia 80-an dilaporkan dua kali lebih sulit berejakulasi dibandingkan dengan pria berusia dibawah 59 tahun.

Risk and Prognostic Factors
·         Genetic and Psychological. Kehilangan kecepatan dalam menyalurkan sensor saraf pheripheral dan berkurangnya sekresi steroid seksual yang berkaitan dengan usia mungkin saja berasosiasi dengan ejakulasi yang tertunda pada pria usia lebih dari 50 tahun.

Culture-Related Diagnostic Issues
            Keluhan tentang ejakulasi yang tertunda berbeda-beda diseluruh negara dan budaya. Keluhan tentang masalah ejakulasi ini lebih sering dijumpai pada pria di Asia dibandingkan dengan pria yang tinggal di Eropa, Australia, atau Amerika Serikat. Perbedaan ini bisa saja terkait dengan perbedaan budaya atau genetik antar kebudayaan.

Comorbidity
            Terdapat bukti bahwa ejakulasi yang tertunda lebih sering terjadi dalam bentuk gangguan depresi major.


DAFTAR PUSTAKA

Alloy, L. B., Riskind, J. H., & Manos, M. J. (2005). Abnormal psychology: Current perspective. New          York: McGraw-Hill.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of      Mental Disorder          Edition “DSM-5”. Washington DC: American          Psychiatric       Publishing. 

10 comments: